Jumat, 27 Juli 2012

Bisnis berbasis komunitas


Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”.
Bisnis berbasis komunitas bukan hal yang mudah karena harus menciptakan komunitas dulu atau anda harus bergabung dengan sebuah komunitas yang berdekatan dengan produk dan jasa yang akan ada pasarkan, tapi sebenarnya tapi segmen komunitas sangat prosfektif karena didalamnya sudah ada unsur saling percaya dan sudah saling mengenal satu sama lain dan memiliki kesamaan persepsi ideologis, hobby dan emosi yang bisa menyatukan mereka secara pribadi dan secara sosial dalam lingkup yang semakin luas. Basic produck yang jelas dan berkembang karena mereka berkumpul berdasarkan satu keinginan dan hobbi yang sama. misalnya kita menjual ransel khusus naik gunung akan lebih jelas segmennya kalau kita masuk komunitas pencipta alam dibandingkan anda berjualan secara umum. Binis secara komunitas harus mempertahankan personal image secara positif karena bisa ditinggalkan kalau ada kesalahan dan mis komunikasi.
Mungkin dulu pernah ada kelompok Al-Arqom di Malaysia yang secara ekonomi sangat berhasil dalam setiap bisnisnya dan mereka berbisnis di komunitas jamaah besar yang terus merambah dalam berbagai basic product lainnya yang lebih luas cakupannya. atau mungkin bagaimana bisnis Darul Tauhid yang dipimpin Abdullah Gymnastiar yang berbasis komunitas jamaah pesantren dan komunitas Manajemen Qolbu (MQ)
Bisnis berbasis komunitas harus berprinsip: dari komunitas, untuk komunitas. Walaupun demikian, bisnis yang dijalankan perlu dibuat secara struktural. Perlu ada pembagian peran dan tanggungjawab secara jelas. Dari gambaran di atas terdapat sebuah pola hubungan yang berawal dari komunitas kemudian menjadi bisnis dan menjaring komunitas dalam mengembangkan bisnisnya. Dalam menjalankan usaha ini dibutuhkan komitmen dan mutualisme antar komunitas, sehingga terbina rasa kepercayaan sebagai modal dasar. 
Apabila dapat berkembang baik dalam rentang waktu yang panjang, biasanya keberadaan komunitas menjadi satu kekuatan yang mulai diperhitungkan oleh banyak pihak. Mulai sebagai pangsa pasar yang potensial, jejaring produksi, distribusi, maupun konsumen yang loyal.  dalam menjalani bisnis ini, satu etika yang perlu dipegang adalah tidak curang atau membiasakan menanam dan memegang kepercayaan. harus mengedepankan nilai-nilai yang terbuka, non-diskriminatif, dan inklusif. Binis secara komunitas harus mempertahankan personal image secara positif karena bisa ditinggalkan kalau ada kesalahan dan mis komunikasi antara pemilik produc atau jasa dengan konsumen komunitas.

Komunitas gatibaju.com
Konsep bisnis berbasis komunitas dapat kita binis marketing online fashion yang dilakukan  Gantibaju.com. Sekilas, situs tersebut tampak seperti distro atau tempat jualan t-shirt online. Memang, begitu adanya. Tetapi, distro online yang satu ini beda dari yang lainnya. Gantibaju.com adalah sebuah bisnis berbasis komunitas.
Gantibaju.com menjual kaos-kaos hasil rancangan para anggotanya, yakni anak-anak muda kreatif. Pemilihan desainnya ditentukan melalui kompetisi online yang digelar secara rutin. Para anggota komunitas bisa mengirimkan rancangan mereka, untuk dipilih oleh anggota-anggota lainnya. Dari setiap kompetisi, ada 10 desain kaos akan dipilih sesuai dengan jumlah suara terbanyak. Desain-desain itu lalu akan diaplikasikan dan diproduksi menjadi kaos. Kaos-kaos itu tentunya akan dijual melalui Gantibaju.com.
Jadi, bisa dibilang Gantibaju.com adalah komunitas sekaligus distro berbasis kontes. Konsep bisnisnya sangat menarik, bukan?”Konsep Gantibaju.com adalah dari komunitas, dipilih oleh komunitas, dan untuk komunitas,” kata Aria Rajasa, CEO Gantibaju.com. Bersama rekannya, Anang Pradipta, Aria menggagas komunitas ini. Rupanya, mereka berdua terinspirasi oleh konsep bisnis yang dianut oleh Threadless, sebuah toko kaos online berbasis komunitas yang berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 2000.
Para anggota Threadless dipersilakan mengirim desain kaos buatan mereka secara online untuk ditampilkan di situs dan dipilih oleh anggota-anggota lainnya. Desain terfavorit akan diaplikasi ke dalam kaos, lalu dijual secara online melalui situs Threadless. Hadiah  berupa uang tunai akan diberikan kepada desainer yang kreasinya terpilih. Nah, konsep yang sama juga diterapkan oleh Gantibaju.com.
Selain menerapkan konsep bisnis yang berbeda, Gantibaju.com sengaja menonjolkan desain-desain yang khas Indonesia. Sesuai dengan tagline yang dipilih oleh komunitas ini, yakni “Proudly Present Indonesia”, anggota-anggota Gantibaju.com dituntut untuk mempromosikan keunikan Indonesia melalui desain kaos mereka. Satu lagi, jangan pernah berpikir untuk mencontek desain orang lain. “Kami sangat menjunjung tinggi hak cipta dan juga kami sangat percaya akan kemampuan desain anak bangsa, janganlah dirusak dengan kegiatan plagiarisme seperti ini,” demikian ditulis dalam situs Gantibaju.com.
Wardrobe
Wardrobe berbeda dengan Gantibaju.com. Komunitas yang satu ini menyasar target anggota distro-distro fashion. Komunitas ini dibentuk sebagai “terminal” distro, tempat berkumpulnya berbagai distro di Tanah Air. Ajang kumpul distro ini pun bertujuan untuk membantu anggota-anggotanya mempromosikan produk-produk mereka.
Menurut penggagas Wardrobe, Stefanus Wibawa Tutupoly, komunitas ini memfasilitasi kegiatan promosi bagi para anggotanya. Jadi, tak salah juga jika Wardrobe disebut sebagai sebuah event organizer. Salah satu kegiatan belum lama diadakan oleh komunitas ini adalah fashion show.
Fashion show perdana bertajuk “Wardrobe March of Dimes” itu dihelat di Balai Kartini Jakarta, pada 30 April – 2 Mei 2010 lalu. Acara ini sengaja diadakan untuk menampilkan produk-produk fashion lokal bagi anak muda, seperti pakaian dan aksesoris. Acara ini pun diramaikan dengan clothing exhibition, aksi sejumlah band indie dari dalam negeri, serta kompetisi foto. Anda punya distro dan ingin mempromosikannya? Kenapa tidak bergabung dengan Wardrobe?
Bisstel.
 Komunitas bila digarap serius mampu menciptakan peluang pasar dengan tingkat loyalitas tinggi. BissTel bisa menjadi contoh keberadaan komunitas yang digarap operator.
Setiap operator butuh strategi marketing mujarab untuk bisa terus eksis di tengah kerasnya kompetisi. Selain strategi terjun ke retail, para operator punya jurus lain seperti masuk ke pasar segmen korporat. Tapi belakangan pasar korporat pun sudah terasa jenuh. Hanya beberapa operator besar yang mampu menembus skala ekonomi di segmen ini. Namun dibalik itu, peluang menciptakan strategi baru masih terbuka lebar, salah satunya dengan memilih pasar komunitas.
Ontoh lain, Salah satu contoh produk berbasis komunitas adalah BissTel (Bismillah Telekomunikasi) yang hadir sejak 25 Agustus 2007. BissTel yang dimiliki oleh KH (Kyai Haji) Nadjib Sungkar B.A.M.S adalah produk komunitas selular pertama di Tanah Air. ”Niat kami mendirikan BissTel untuk membangun silaturahmi dan kerukunan antar anggota Keluarga Besar Bismillah dan seluruh bangsa Indonesia dari semua golongan yang tersebar dipelosok Tanah Air. Yang menjadi pemahaman kami, telekomunikasi adalah kunci silaturahmi antar umat,” ujar KH. Nadjib yang sekaligus pendiri dan Ketua Umum Keluarga Besar (KB) Bismillah.
Yang cukup menarik, meski BissTel berlabel komunitas Islam, menurut KH. Nadjib banyak pengguna BissTel yang berasal dari kelompok komunitas lain diluar Keluarga Bismillah, bahkan dari lintas golongan dan agama pun banyak yang memakai BissTel. Ulama asal Solo – Jawa Tengah ini menyebut anggota KB Bismillah antusias sekali dengan BissTel. ”Selain kualitas jaringan yang baik, umat juga merasa senang, sebab semua bisa berkomunikasi langsung kapan saja dengan saya,” ujar Pak Kyai. Ia pun mengaku siap menerima silaturahmi via ponsel 23 jam dalam sehari.
BissTel sendiri sebenarnya adalah produk PT. Smart Telecom. Namun dalam pemasaran memiliki desain bungkus kartu perdana dan voucher fisik berbeda. Sesuai logo KB Bismillah, kombinasi warna di paket kartu perdana sarat dengan warna hijau. Walau demikian, desain kartu RUIM dan jenis nomernya serupa dengan kartu Smart pada umumnya. ”Mengenai tarif juga tak ada perbedaan dari tarif reguler Smart, begitu pula voucher reguler Smart bisa di reload ke kartu BissTel. Kami juga menilai penting hadirnya layanan tambahan, di BissTel saat ini telah tersedia info SMS doa yang di bulan Ramadhan akan diberikan gratis,” ujar KH. Nadjib.
Mengapa memilih bermitra dengan PT Smart? KH. Nadjib menjelaskan antara KB Bismillah dan Grup Sinar Mas (holding PT. Smart) telah memiliki sejarah kerjasama panjang, dan menghasilkan produk BissQua dan BissOil. Grup Sinar Mas sendiri adalah bagian dari KB Bismillah. Saat ditanya seputar jumlah pengguna, KH Najib rupanya belum berkenan menjelaskan, ”Yang jelas pertumbuhan pengguna BissTel cukup pesat, setiap ada pembangunan a BTS baru, di wilayah itu BissTel selalu habis terjual. Target kami, Insya Allah, sampai akhir tahun ini adalah 1 juta pelanggan,” kata Pak Kyai yang fasih berlogat Jawa. ”Operator baru memang cenderung lebih leluasa untuk menciptakan inovasi marketing yang unik, salah satunya berkat ketersediaan kapasitas jaringan yang besar,” kataYofa Pratama, Special Project Account Manager PT. Smart Telecom.
Keyakinan KH. Nadjib bisa jadi bukan tanpa alasan. KB Bismillah mengaku memiliki 8.557.000 umat yang tersebar di seluruh Tanah Air. Jaringan Keluarga Besar ini mencakup 142 pondok pesantren, 378 masjid dan 181 madrasah. Untuk saat ini konsentrasi pengguna BissTel sebagian besar berada di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Berikutnya akan merambah ke Sumatera dan Kalimantan.
Meski menjalankan bisnis retail, BissTel tak melupakan sisi amal, yakni setiap penjualan produk BissTel sudah ada zakatnya 2,5 persen yang akan dibagikan ke kaum dhuafa dan anak yatim-piatu. Sistem penjualan produk BissTel juga mengadopsi sistem penjualan berbasis syariah. Selain mengandalkan pola distrubisi di gerai-gerai Smart, BissTel juga memiliki beberapa kantor cabang yang ada di beberapa kota besar. Soal konten, walau BissTel masih sederhana, BissTel telah menyiapkan layanan mobile commerce dan fungsi akademis ke depan.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar